Memasuki museum ini seperti terlempar ke satu masa. Masa beratus tahun lalu di mana nenek moyang orang Maluku yang tersebar di 999 pulau dalam perjalanan zaman bercampur dengan berbagai bangsa yang merantau dari negeri asalnya. Berbagai bangsa yang menyinggahi kepulauan Maluku terutama pulau-pulau besar seperti Pulau Seram, Pulau Buru, Kepulauan Aru, Tanimbar dan pulau-pulau lainnya ini menghasilkan beragam suku dan budaya Maluku yang ‘kaya raya’…
Museum Siwalima adalah Museum Negeri Provinsi Maluku yang telah berusia hampir 40 tahun, tepatnya didirikan tanggal 8 November 1973. Koleksi museum ini menggambarkan sejarah manusia, alam dan kebudayaan Maluku. Dengan jumlah koleksi sebanyak 5228 buah yang terdiri atas koleksi etnografika, sejarah, arkeologi, geologi, biologi, naskah-naskah kuno, keramik, heraldika, seni, dan teknologi. Benda-benda itu ada yang berupa replika atau miniatur, ada pula yang berupa benda bersejarah asli. Namun separuh dari benda-benda bersejarah di Museum Siwalima terpaksa harus disimpan di dalam gudang, karena tidak memiliki cukup ruangan untuk memamerkan semua koleksi. Setiap lima tahun baru ditukar dengan yang sudah dipajang sebelumnya.
Museum Siwalima terdiri atas dua bangunan. Museum pertama adalah Museum Kelautan, berisi informasi sejarah kelautan Ambon, benda-benda dan binatang-binatang laut, serta benda-benda yang berkaitan dengan kehidupan laut. Di museum ini terdapat 3 buah kerangka ikan paus, masing-masing panjangnya 9 m, 17 m, dan 19 m. Kerangka ikan paus yang panjangnya 19 m, ditemukan terdampar di Pantai Ambon pada 1987.
- Peralatan makan dan memasak khas Maluku. Misalnya, porna atau cetakan sagu dari gerabah, lesung, gata-gata, sempe, para-para atau rak tempat menyimpan kayu-kayu bakar dan peralatan untuk memasak, dan lainnya.
- Lesa atau meja makan tradisional yang dibuat dari anyaman rotan atau serat daun. Bentuknya seperti kurungan atau tudung saji. Ada pepatah yang tertulis di bawah lesa, bunyinya “kalau dapat meja putih, jangan lupa lesa”. Artinya, meskipun sudah hidup sukses dan modern, jangan lupa pada tradisi dari nenek moyang. Meja putih di pepatah itu artinya meja yang digunakan para penjajah dulu.
- Koleksi beberapa tengkorak manusia, yang diyakini memiliki kekuatan magis seperti tenung.
Sejak tahun 2005 Museum Siwalima telah bekerjasama dengan Museum für Völkerkunde Wina. Proyek kerjasama ini didasari karena Museum für Völkerkunde Wina memiliki koleksi Maluku sebanyak 1200 buah. Sebagian besar masuk ke museum tersebut pada tahun 1893, yaitu setelah Pangeran Franz Ferdinand von Österreich Este, calon pengganti raja Austria, mengelilingi dunia dengan Kapal Elisabeth. Sewaktu singgah di Ambon, ia menerima hadiah penghargaan dari Baron van Hoevell, Residen Ambon, berupa koleksi Maluku sebanyak kira-kira 800 buah. Koleksi tersebut hingga kini tersimpan dan terawat dengan baik di Museum für Völkerkunde Wina.
Kontribusi Museum Wina terhadap Museum Siwalima tidak terbatas penyelamatan koleksi, juga pendataan dan pembuatan katalog seluruh koleksi oleh pakar museum dari Wina, juga pertukaran pegawai untuk program studi banding antar dua museum tersebut.Untuk memberikan informasi kepada pengunjung mancanegara, museum ini memiliki beberapa guide/pemandu berbahasa Inggris, Belanda dan Indonesia. Jasa untuk guide sekitar Rp 50.000 dan bisa dihubungi sebelumnya melalui telepon 0911- 341652.
Jl. Taman Makmur Desa Amahusu, 5 km dari pusat Kota Ambon.
Jam buka: Senin-Jumat pkl. 09.00-15.00 WIT
Dewasa /anak-anak Rp3.000/Rp1.500
Dewasa/anak rombongan Rp2.500/Rp1.000 (Rombongan 10 orang ke atas)
Wisatawan Asing Rp3.000
Ingin mengeksplor 1001 keindahan negeri Maluku lainnya? Baca lebih lengkap
EXTREMELY BEATIFUL MALUKU