Beranda » Simbol Merpati Putih Dalam Album Maher Zain

Simbol Merpati Putih Dalam Album Maher Zain



Semoga Allah selalu membimbing kita untuk dapat mengidentifikasi keganjilan-keganjilan yang sesungguhnya bathil di sekeliling kita. Allahuma amin.

Sebelum masuk ke pokok pertanyaan, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu sosok yang akan kita bicarakan.


Siapakah Maher Zain?


Lahir 16 Maret 1981 di Swedia, Maher Zain adalah seorang munsyid, penulis dan produser nasyid kenamaan asal Lebanon. Mengusung nafas Islami yang dibalut musik modern, Maher membawa misi untuk menghibur dan menginspirasikan banyak orang, serta membawa pesan perdamaian dan harapan untuk dunia.


Maher bernyanyi terutama dalam bahasa Inggris, namun sejatinya ia juga turut menguasai bahasa Prancis, Arab, Urdu, Turki dan Melayu. Dalam rekam jejak keluarga, Maher berayahkan seorang penyanyi lokal di kota kelahirannya di Lebanon, Mustafa Maher. Keluarganya pindah ke Swedia ketika Maher baru saja berusia delapan tahun. Meski aktif dalam dunia musik, sebenarnya mayor akademis Maher adalah Aeronautical Engineering dimana ia meraih gelar sarjana untuk bidang itu.


Meski demikian, Bakat bermusik Maher sudah terlihat sejak masih kecil. Saat remaja, pria yang kerap bertopi ini banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman sekolahnya. Mereka menyanyi, menulis, dan bereksperimen dengan musik. Setelah terlibat di dunia musik sebagai produser, Maher kemudian berkenalan dengan RedOne, seorang produser musik asal Maroko di Swedia. Disana pula ia mulai bekerja dengan RedOne dalam beberapa proyek terakhir dan kemudian pindah ke New York setelah kembali ke Swedia. Saat itulah ia mulai fokus dalam dunia musik reliji.



Di Malaysia dan Brunei, nama Maher Zain sangat terkenal. Ia sempat menduduki peringkat pertama nama yang ada di Google di Malaysia. Sony Music Indonesia (SMI) sebagai salah satu perusahan musik terbesar di Indonesia, tahun 2011 ini menaungi karir Maher di Indonesia. Ia dinilai merupakan sosok yang membawa nafas baru dalam dunia musik, khususnya di tanah air. Maka tak heran, ia diduetkan dengan Fadly 'Padi' untuk membawakan hits kenamaannya yang berjudul Insya Allah.


Simbol Merpati Putih


Jika anda bertanya mengenai simbol Awakening Record yang similar dengan Illuminati, saya sudah pernah menjawab ini sebelumnya di rubric konsultasi yang sama. Silahkan bisa anda cek lebih jauh di judul sebelumnya "Logo Perusahaan Album Maher Zain (Awakening Records) Adalah Piramida Illuminati?" http://www.eramuslim.com/konsultasi/konspirasi/logo-awakening-records.htm


Sekarang mari kita bahas simbol burung merpati putih yang digunakan Maher dalam promo Album Freedom-nya. Ini sebenarnya agak wajar karena merpati putih identik dengan pembebasan dan kedamaian dalam tradisi Eropa. Pertanyaannya darimanakah simbol ini muncul?



Simbol burung merpati putih sama sekali tidak pernah ditemukan dalam tradisi Islam. Terlebih jika kita bicara arti kebebasan. Rasulullah SAW hanya mendelegasikan arti kebebasan sejati dengan kalimat singkat: “Laa ilaaha Illallah Muhammadarosulullah”. Dimana umat muslim hanya menghamba kepada Allah semata dan menjauhi ilah-ilah lainnya. Umat muslim juga mengikuti hadis Rasulullah sebagai panduan hidup.


Maka tak heran, Sayyid Quthb dalam Dirosah Islamiyah mengatakan bahwa orang yang bebas adalah orang yang tidak terikat dengan ideologi (buatan manusia) apapun kecuali ideologi Islam. Lalu jika bukan Islam, dari agama manakah simbol ini muncul?



Dalam tulisannya, Penuntun Simbol-simbol Ibadah Kristen: Sebuah Ensiklopedi Dasar, Markus Hildebrandt menyatakan bahwa simbol Burung merpati dalam tradisi Kristen terutama dipahami sebagai simbol kehadiran Roh Kudus yang mengingatkan kita pada peristiwa baptisan Yesus oleh Yohanis Pembaptis (Mat 3:16 bdk Mrk, Luk dan Yoh).


Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya. (Matius 3: 16)


Seekor burung merpati dengan sebuah ranting zaitun juga telah menjadi simbol universal untuk perdamaian dan mengingatkan pada kisah Nuh (Kej 8:11), di mana sehelai daun zaitun menjadi tanda bahwa air bah telah surut dan simbol untuk perjanjian Allah dengan umat manusia dan segala ciptaan-nya.


“Menjelang waktu senja pulanglah burung merpati itu mendapatkan Nuh, dan pada paruhnya dibawanya sehelai daun zaitun yang segar. Dari situlah diketahui Nuh, bahwa air itu telah berkurang dari atas bumi.” (Kejadian 8: 11)



Tidak hanya itu saja, orang Kristen dan Katolik saat menikah di gereja pun menggunakan simbol merpati putih. Hal itu dimaksudkan agar kebersamaan pasangan tersebut dapat terjalin langgeng dan awet selamanya seperti sepasang burung merpati. Mereka juga menggunakan simbol merpati putih karena burung merpati adalah burung yang selalu setia dan tidak pernah ingkar janji terhadap pasangannya.


Lagi-lagi opini ini berkembang ketika Tuhan Yesus diurapi oleh Roh Kudus di sungai Yordan, maka Roh Kudus datang seperti burung merpati. Roh Kudus kemudian mengurapi Yesus, ia datang sebagai burung merpati yang menandakan bahwa dalam diri Yesus tidak ada satupun yang perlu dibakar atau disucikan, sebab Yesus sebagai Anak Allah kudus tanpa cela.



Sifat-sifat merpati yang tulus, penuh kasih, lemah-lembut, tidak membalas, tidak menyakiti, selalu berdamai, inilah yang kemudian dinisbatkan pada Tuhan Yesus Kristus. Karena itu, Roh Kudus dilambangkan sebagai burung merpati.'


Oleh karenanya kita harus berhati-hati dalam memakai simbol, karena simbol dalam padanan iman Kristen, bukan sekedar gambar an sich, tapi juga keniscayaan teologis.


Theolog protestan, Paul Tillich, misalnya yang menjadi peletak dasar kajian Simbol mengatakan bahwa simbol adalah konsep yang tersirat dalam sebuah perspektif keagamaan. Seperti dikutip F.W. Dillistone, dalam bukunya Daya Kekuatan Simbol (Yogyakarta: Kanisius 2002), Tillich mendefinisikan: “Simbol keagamaan dibedakan dari simbol-simbol yang lain oleh kenyataan bahwa simbol keagamaan merupakan representasi dari sesuatu yang sama sekali ada di luar bidang konseptual; simbol keagamaan menunjuk kepada realitas tertinggi yang tersirat dalam tindak keagamaan, kepada apa yang menyangkut diri kita pada akhirnya”.



Maka itu, kita sebagai umat muslim harus senantiasa menghindari sebuah sikap penyepelean terhadap masalah simbol-simbol kafir yang terkait dengan keimanan. Sebab kita diharamkan untuk mengikuti konsep dan millah mereka dalam mengambil sebuah sudut pandang."Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka." (HR Abu Daud, dan At-Thabrani dalam Al-Awsath, dari Hudzaifah, berderajat hasan). Allahua'lam. (Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi)