Beranda » Sang Apostel Batak: Dari Munson-Lyman Hingga Nommensen

Sang Apostel Batak: Dari Munson-Lyman Hingga Nommensen



Buku ini memang tidak dimaksud menjadi buku tuntunan, apalagi menjadi buku sejarah, tetapi lebih sebagai buku untuk mendengungkan kembali semangat Nommensen, penginjilan di tanah Batak. Sesungguhnya apa yang sudah kita baca adalah hanya sekelumit dari perjalanan para tokoh-tokoh, sang penginjil yang bukan orang Batak, mencintai tanah Batak lebih dari orang Batak sendiri. Nommensen sudah menjadi sebuah spirit dalam kekristenan di tanah Batak, khususnya HKBP yang menjadikan gereja terbesar di Asia Tenggara.

Nommensen sudah menjadi cerita yang telah tertanam dalam masyarakat Batak. Tanpanya, orang Batak tidak akan ada semaju sekarang. Sebagaimana yang kita lihat sekarang. Nama itu sudah menjadi lambang sekolah, dari taman kanak-kanak hingga universitas menjadikan Nommensen sebagai lambang untuk mengingat namanya. Tempatnya pertama “berdoa” memulai pelayanan di Siatas Barita sekarang menjadi tempat wisata rohani yang bisa dikunjungi siapa. Di Salib Kasih yang telah dikenal dimana-mana, ada satu kamar untuk berdoa pada Tuhan. Berdoa disini kita bayangkan Nommensen dulunya di tempat yang sama pernah sujud berdoa pada Tuhan-Nya agar bisa hidup dengan orang Batak.

Nommensen dihormati begitu mulia bagi orang Batak, sehingga panggilan yang seharusnya disampaikan pada pejabat Sisingamangaraja, dipanggil juga Nommensen sebagai ompu i Nommensen. Bahkan sebutan Rasul atau dalam bahasa Batak disebut Apostel itupun dihanturkan padanya. Apostel hanya sebutan untuk murid-murid Yesus yang pertama.

Saking hormatnya pada Nommensen panggilan Apostel Batak pun digelari padanya. Bukan berlebihan, memang penghormatan itu layak untuknya. Bukan untuk mengagung-agungkan Nommensen, tetapi menghormati karyanya nyata dalam kehidupan orang Batak. Di awal-awal didikannya, generasi pertama, kedua, ketiga bahkan beberapa generasi orang Batak unggul dalam pendidikan. Itu semua tidak lepas dari peran zending yang dimotori Nommensen.

Memang, segelintir golongan hendak menuduhkan hal yang tidak patut padanya. Dia, Nommensen disebut-sebut ikut membantu Belanda untuk menjajah tanah Batak. Tuduhan yang salah alamat. Tuduhan setidaknya dipercayai sebagaian orang. Sebenarnya bukan hanya Uli Kozok yang menuduh keterlibatan Nommensen, ada banyak cerita sumir tentang Nommensen.

Nommensen memang telah menjadi sejarah. Namanya sejarah pasti ada pro dan kontrak. Hak orang membuat penilaian. Tetapi, sebagai orang yang mempelajari kebenaran tidak etis kita menuduhkan yang salah pada orang yang tidak pernah melakukan yang salah. Nommensen tentu tidak pernah menjadi dalang peperangan di tanah Batak, sebagai sudah diungkap WB Sijabat, keterlibatan Nommensen adalah hanya untuk menyebarkan agama, pendidikan, dan kesehatan. Tak lebih. Nommensen tidak pernah masuk ke ranah politik.

Nommensen pun selalu menghargai budaya yang ditemuianya. Termasuk tanah Batak yang dijadikannya tanah air kedua. Bagi Nommensen budaya adalah peradaban. Budaya lahir dari hasil kreasi, kebiasaan yang baik, kearifan lokal yang turun-temurun, kemudian berkelindan menjadi habit, menjadi budaya Itulah disebut budaya. Dan Nommensen tidak pernah menyepelekan peran budaya, malah dia masuk dari budaya saat memberikan firman Tuhan. Mempelajari bahasa Batak, lalu kemudian menukik lebih dalam mempelajari adat-istiadat yang sudah tertanam lama di alam Batak.

Hasilnya? Nommensen lebih gampang diterima. Lebih bisa memberikan pendidikan yang lebih dianggap sahabat oleh nenek moyang Batak yang mengalami zaman Nommensen. Lewat budaya memasuki untuk mempelajari budaya, dan masuk lewat pendidikan dan bidang kesehatan juga pendekatannya budaya. Atas niatnya itu Nommensen mendapatkan banyak kemudahan. Salah satu kemudahan itu adalah tidak ditolak sebagai orang asing.

Nommesen sebagai penginjil yang dikirim oleh Zending Jerman untuk memberitakan kabar kesukaan, Injil. Tetapi, selain utamanya Injil, Nommensen juga mempersiapkan diri dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Dia adalah seorang pedagog yang baik, dia juga seorang ahli kesehatan. Dia seorang guru yang baik, bukan saja dalam ilmu agama, tetapi ilmu sekular. Dia juga memahami pengetahuan yang dalam tentang kesehatan di tengah orang-orang yang meremehkan atau barangkali tidak peduli dengan kesehatan.

Nommensen juga menjadi seorang yang getol memikirkan masalah-masalah sosial dan hubungannya dengan kemasyarakatan. Orang Batak yang ketika itu sudah makin banyak tercelikkan matanya karena Injil tentu harus juga bisa hidup survival. Nommensen kemudian membuka sekolah tukang, tentung dengan seluruh tim yang membantu mendirikan sekolah tukang yang pertama di Laguboti. Sekolah ini pada masanya pernah menjadi sekolah-sekolah yang terkenal mengeluarkan lulusan-lulusan berkualitas, unggul dibanding sekolah-sekolah sejenisnya….

Hotman J Lumban Gaol Gaol