Beranda » Komunis China Tulis Ulang Sejarah Revolusi Xinhai 1911

Komunis China Tulis Ulang Sejarah Revolusi Xinhai 1911



altMenandai peringatan 100 tahun Revolusi Xinhai pada Senin (10/10), yang Partai Komunis China (PKC) selalu rayakan sebagai langkah awal yang diperlukan untuk kekuasaan PKC pada tahun 1949. Namun dalam setahun ini melihat telah suksesnya revolusi di Mesir, Tunisia, dan Libya, dan revolusi lain yang mengancam para penguasa Bahrain, Iran, Suriah, dan Yaman, panitia peringatan Revolusi Xinhai di daratan telah menjadi tegang.




Revolusi Xinhai menggulingkan Dinasti Qing, Dinasti kekaisaran terakhir, dan menggantinya dengan Republik China. Tetapi tahun ini PKC tidak menyebut Revolusi Xinhai dengan istilah ‘revolusi.’


Sebaliknya, PKC menyebu Revolusi Xinhai sebuah ‘reformasi,’ kata Wei Jingsheng pada 6 Oktober di sebuah forum yang diselenggarakan di Capitol Hall AS berjudul: 100 Tahun Revolusi Xinhai China – Hari ini dan Masa Lalu. Forum tersebut disponsori oleh 14 organisasi yang diidedikasikan untuk Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM) di China.


Wei adalah pembela Demokrasi terkenal, kadang-kadang disebut sebagai Bapak Demokrasi China, dan merupakan ketua Koalisi Demokrasi China Perantauan. Dia pernah dipenjarakan oleh PKC selama 18 tahun karena tulisan-tulisannya tentang Demokrasi dan HAM.


"Di masa lalu Revolusi Xinhai diperingati dengan sangat khidmat, tapi tahun ini PKC cukup gugup, karena mereka takut pada kata 'revolusi' dari Revolusi 1911 - karena sekarang kebanyakan orang China berpikir tidak berharap terhadap reformasi, dan bahwa hanya dengan revolusi dapat membawa perubahan yang nyata. Jadi PKC takut," kata Wei.komunis china,sun yat sen


Seseorang sangat sulit menyebut Revolusi Xinhai sebagai sebuah ‘reformasi’ yang ketika itu dimulai dengan Pemberontakan Wuchang pada 10 Oktober 1911, dengan tembakan, katanya. 10 Oktober, yang dikenal sebagai ‘Double -Ten Day,’ dirayakan sebagai awal Republik China dan merupakan hari libur nasional di Taiwan.


Kota Wuchang, sekarang menjadi kota modern di Wuhan, di Provinsi Hubei, China tengah, adalah tempat dimulainya pemberontakan pertama yang menyebabkan digulingkannya kaisar terakhir (Puyi) pada 12 Februari 1912. Dinasti Qing telah memutuskan untuk membangun tentara yang baru dan telah memilih Wuchang sebagai tempat untuk pembuatan peralatan militer baru.


Para perwira dan prajurit di Wuchang itu sangat dipengaruhi oleh ide-ide revolusioner Sun Yat-sen, yang kemudian menjadi presiden pertama Republik China, dan saat ini dihormati baik di Taiwan maupun di daratan.


Para prajurit di markas militer di Wuchang memberontak dan mengambil alih pemerintah daerah, mendeklarasikan Republik China, kata Dr. James Li, yang berbicara di forum.


Li mengatakan dia menjadi radikal karena ia dilahirkan di Wuchang. Dia adalah seorang pemimpin mahasiswa saat protes Lapangan Tiananmen pada tahun 1989 dan seorang mahasiswa pascasarjana di Peking University ketika ia mengadakan permohonan pertama untuk Serikat Pekerja Independen. Dia dipenjarakan selama dua tahun.


Wei mengatakan bahwa PKC tidak mendukung tradisi merayakan Revolusi Xinhai telah menjadi hal yang menggelikan. Bahkan berhenti menampilkan sebuah drama romantis antara Sun Yat-sen dan istrinya, yang telah mendorong Demokrasi di masa lalu.



Sudah jelas bahwa PKC tidak ingin revolusi ini dirayakan, katanya.


Sekarang rezim mempromosikan contoh dari ‘perdamaian’ dan ‘tanpa kekerasan Gandhi,’ kata Wei. Ketika Gandhi memenangkan kemerdekaan India dari Inggris dengan tanpa kekerasan, Wei menunjukkan bahwa Gandhi memiliki kepercayaan yang fundamental pada Inggris dan bisa menarik sisi baik mereka. Namun sebaliknya PKC, adalah benar-benar jahat, katanya.



Kebangkitan Spiritual

Konsensus pembicara pada forum di Capitol Hill ini adalah bahwa setelah 100 tahun, China sekali lagi berada di persimpangan jalan. Ketakutan PKC pada teriakan Revolusi ‘Jasmine’ akan bergema di China.



Pengalaman terbaru dari revolusi Timur Tengah dan Afrika Utara menganjurkan bahwa prasyarat untuk perubahan adalah orang-orang meninggalkan kediktatoran, kata Dr. Zhang Tianliang, seorang kolumnis Epoch Times dan dosen di George Mason University. Sebelum China bisa keluar dan protes di jalanan, mereka harus terlebih dahulu memiliki ‘kebangkitan spiritual’ untuk membangun kembali China dengan sistem dan nilai-nilai baru yang merupakan kebalikan dari ideologi PKC yaitu perjuangan dan kekerasan.


Zhang mengatakan bahwa orang-orang China telah dicuci otak mereka oleh PKC untuk menempatkan harapan mereka untuk hidup yang lebih baik di dalam Partai, tapi setelah publikasi ‘Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis’ pada November 2004 oleh The Epoch Times, orang-orang mulai melihat bahwa komunis itu sebagai masalah, bukan solusi. ‘Sembilan Komentar’ menyebabkan gerakan Tuidang, yang berarti ‘mundur dari partai komunis.’



Dia mengatakan 100 juta orang China sekarang ini telah mundur dari PKC atau organisasi-organisasi afiliasinya. Zhang mengatakan bahwa pentingnya ‘Tuidang’ sedang resmi diakui oleh Kongres AS dengan pengenalan Resolusi Majelis 416 dan Resolusi Senat 232 yang baru.


Keluhan

Ge Lifang, dari Liga Korban China, memberikan beberapa alasan mengapa orang-orang China ingin mengakhiri PKC. Pada tahun 2001, keluarganya kehilangan rumah mereka di Shanghai untuk membuat jalan bagi pembaruan perkotaan. Dia menggambarkan pembongkaran paksa rumah dari 40.000 orang, yang tidak diberi kompensasi dan menjadi tunawisma.



Tidak ada jalur hukum karena China tidak memiliki sistem hukum untuk melindungi hak milik. Ge sering pergi ke Beijing untuk mengajukan petisi ketidakadilan, tetapi diperingatkan oleh pemerintah setempat bahwa jika dia tetap melakukan itu, dia akan dikirim ke pendidikan ulang melalui kerja paksa.


Sistem peradilan China juga mengambil aset Wen Xinping, yang memberikan wawancara setelah forum. Ms. Wen dan suaminya pada tahun 1992 memulai salah satu perusahaan bioteknologi pertama di China, Jingmei Biotech Co, Ltd. Ini sangat sukses dan bernilai 500 juta dolar AS.


Dia mengatakan bahwa suaminya berkolusi dengan hakim dan jaksa lokal, teman sekelas mantan suaminya, untuk mencuri bagiannya dari kepemilikan mengakibatkan dia ke penjara di Shenzhen selama 19 bulan di 2007-2009. Dia menunjukkan foto-foto penganiayaan fisik yang dia alami di penjara.


Keluhan lokal adalah penting kata Roland Watson, pendiri Dictator Watch, tetapi fokus itu perlu diangkat jika kebebasan harus dimenangkan.

"Keluhan Lokal menimbulkan protes lokal. Tetapi jika fokusnya bergeser ke kebebasan, ini dapat digunakan untuk membuat gerakan nasional, dan protes nasional. Peristiwa Lapangan Tiananmen dapat sekali lagi menjadi gelanggang suara yang menyerukan Demokrasi."


Pemberontakan mahasiswa lain seperti Tiananmen bisa terjadi ‘kapan saja,’ kata Li.