Beranda » joged dangkong warisan budaya yang kian ditinggalkan.

joged dangkong warisan budaya yang kian ditinggalkan.



Joget Dangkong yang tak lain adalah musik Melayu Kepulauaan ternyata masih dimainkan oleh masyarakat Natuna.


Joget dangkong yang dimainkan Sanggar Mulia Sedanau Kecamatan Bunguran Barat itu tampil memukau. Joget ini juga dikenal dengan sebutan Ngibing. Dalam joget ini, para dara-dara Melayu berjoget bergembira dan para pemuda-pemuda mendekati para dara untuk ngibing dengan alunan musik tradisional joget Melayu.


” Awalnya kami mengira tarian ini sudah hilang, ternyata pada pertunjukan kemarin, ada salah satu sanggar yang bisa memperagakan Joget Dangkong,” ujar Nurul Huda pengamat kesenian Natuna, di haluan-news kepri .


Kesenian ini banyak digemari ramai karena selain mempertunjukkan nyanyian dan tari, penonton atau pengunjung dapat ikut berjoget atau menari bersama dengan penari-penari. Dalam pertunjukkannya tak banyak instrumen musik yang dimainkan hanya tambur, biola, dan gong serta beberapa penyanyi. Pengunjung atau penonton yang ingin ikut berjoget biasanya diharuskan membayar sebelumnya. Kesenian ini biasanya di adakan untuk memeriahkan pesta perkawinan di malam harinya.



ZAINURIN MD DOM - ALAH EMAK KAHWINKAN AKU.avi





Menurut Nurul, agar tarian Dangkong tidak hilang, perlu adanya pengembangan joget Dangkong ke sekolah-sekolah. Sehingga putra putri Melayu di Natuna bisa memperagakan joget Dangkong ini kapanpun dan dimanapun.


Selain cara penyajiannya yang mudah, alunan musik yang dipakai pada tarian ini juga menarik. “Memang seharusnya tarian sini disebarluaskan kepada anak daerah, sehingga joget Dangkong ini tidak punah” katanya.

Dikatakan Nurul, di tanah Melayu seperti Kabupaten Natuna banyak tarian Melayu yang sudah hilang dan jarang dimainkan di tengah masyarakat. Hal itu disebabkan para penari terdahulu tidak mewariskan tarian tersebut kepada anak cucu.

Mungkin, tarian-tarian sejarah Melayu yang kini mulai hilang itu, akibat tidak adanya generasi penerus yang menerima warisan kesenian, sementara penari-penari terdahulu yang kini sudah tua, sudah sulit untuk memperagakan kembali” pungkasnya.
Anton Lingga Al_aziz