Beranda » Dialog Tentang MUI

Dialog Tentang MUI



seputar Ustadz Jalal, Syiah, dan perbedaan mazhab. Saya sih biasanya tidak terlalu menggubris dan memang saya sendiri tidak punya kemampuan debat dalam urusan tersebut.

Kalau dilihat hingga sekarang ini, isu dan serangan yang mengaku beraliran Wahabi, sebetulnya hanya mengulang dari yang dilakukan para terdahulunya. Orang-orang terdahulu yang anti perbedaan dan anti Ahlulbait tidak lepas dari menyebutkan Syiah itu mencaci sahabat, sesat, Qurannya beda dengan Islam, penipu, berasal dari Abdullah bin Saba, dan lainnya. Kalau membaca buku “Dialog Sunnah Syiah” karya Syarifuddin Musawwi yang diterbitkan Mizan atau “Dua Pusaka Nabi” karya Ali Umar Alhabsyi diterbitkan Zahra, sebetulnya sudah terjawab. Coba baca dan kaji lagi dengan teliti J [http://www.bukudiskon.com/Buku.aspx/841/Dua-Pusaka-Nabi-SAW]

Saya kira orang yang berkomentar dan mengulang hal-hal buruk yang dilekatkan pada Syiah atau Ahlulbait, tampaknya tidak mengkaji sejarah dan ajaran Islam dengan benar. Saya hingga sekarang tidak menemukan dalil yang tegas dan sahih yang berasal dari Bukhari dan Muslim bahwa umat Islam harus merujuk pada Quran dan Hadis. Hingga sekarang slogan puritanisme yang jadoel ini terus bertahan. Padahal dalam buku “Dua Pusaka Nabi” yang lebih kuat dan sahih adalah yang dipegang mazhab Ahlulbait atau Syiah. Kayaknya mereka yang terus mencaci atau menyebarkan keburukan Syiah atau Ahlulbait tidak mau membuka pikiran dan matanya untuk melihat kebenaran.

Oh… iya dalam dialog saya dengan orang yang menyerang Syiah itu, saya katakan bahwa hingga sekarang ini keputusan MUI yang keluar banyak yang tidak berdasarkan kolektif karena memang di MUI saja saya lihat tidak ada kesepakatan. Masing-masing punya pedapat dan argumen. Ketua MUI pusat DR.Umar Shihab menyatakan Syiah bagian dari Islam dan sah hidup di Indonesia. Mereka yang mengatakan sesat hanya mengutip fatwa jadoel dan telah ditinggalkan oleh para ulama sekarang yang duduk di MUI.

Dalam khazanah Islam, perbedaan fikih seringkali diidentikan dengan perbedaan mazhab karena memang mazhab melekat dengan hal syariah atau fikih. Sedangkan aqidah atau teologi disebut firqah -–yg sebetulnya sama dengan aliran atau golongan–yang berkaitan dengan keyakinan keagamaan. Dalam sejarah, banyak sekali aliran firqah/akidah yg muncul dan menjadi gerakan tersendiri seperti Syiah, Asyariah, Mutazilah, qadariyah, jabariyah, wahabiyah, maturidiyah, khawarij. Silakan baca buku2 tentang teologi Islam akan Anda temukan perbedaan dalam akidah/teologi.

Sunni dalam sejarah Islam tidak memiliki akar. Silakan baca buku Khazanah Intelektual Islam karya Nurcholish Madjid, disebutkan bahwa Sunni itu gabungan dari Maturidiyah dan Asyariah dan fikihnya empat: syafii, hanbali, hanifah, maliki. munculnya pada abad pertengahan, zaman Abbasiyah. Justru Syiah yang ada lebih awal. Sejak wafat Nabi, Islam itu hanya dua: Ahlulbait dan Ahlussahabat. Yang pertama meyakini bahwa Imam Ali dan keturunannya yang berhak menjadi pemimpin Islam dan pemegang otoritas agama (Riwayat tentang ini silakan baca buku Dialog Sunni Syiah karya Syafruddin Musawwi, penerbit Mizan). Kemudian pada zaman Muawiyah atau Dinasti Umayyah dikenal dengan nama Syiah khususnya Syiah Ali sebagai lawan dari Syiah Muawiyah. Karena memang dari segi bahasa, Syiah itu artinya golongan.

Sedangkan yang kedua, Ahlussahabat; meyakini dengan kesepakatan bersama bahwa pemimpin Islam setelah nabi harus dipilih oleh umat Islam. Mereka berkumpul di Saqifah untuk memilih khlaifah. Mungkin ijtihad sahabat yang menjadi dasarnya. Kalau mau berpikir jernih, urusan agama pada dasarnya harus disandarkan pada dalil/riwayat. Jadi, yang lebih kuat yang berdasarkan riwayat/hadis nabi, bukan kesepakatan. Sayangnya, hal ini tidak pernah mereka baca dan renungkan. Mereka malah menolaknya. Menolak kesahihan riwayat dan kentetuan Nabi, termasuk dalam golongan apa ya?

Ahmad Sahidin