Beranda » Di Pidie Ada Guci Raksasa untuk Kesehatan

Di Pidie Ada Guci Raksasa untuk Kesehatan



Bangunan pelindung guci berukuran besar yang menjadi cikal bakal nama Dayah Guci, dayah tradisional di Desa Sukon Baroh, Kecamatan Glumpang Tiga, Pidie, kini kondisinya sangat memprihatinkan. Masyarakat setempat berharap pemerintah memugar guci peninggalan sejarah itu dengan bangunan yang layak.





Amatan The Atjeh Post, Sabtu (03/01) pagi, bagian atap bangunan ‘rumah’ guci itu telah retak sehingga berpotensi ambruk. Warga Dusun Dayah Guci, Desa Sukon Baroh bilang, selama puluhan tahun lalu guci raksasa itu dipugar dengan dana swadaya masyarakat. Namun belakangan bangunan tersebut telah lapuk digerus zaman.

“Guci ini peninggalan sejarah, kami berharap kepedulian dinas atau bidang kebudayaan di Pemkab Pidie agar memugar situs ini guna terlestarikan dengan baik,” kata Zulkarnain,40 tahun, warga Dusun Dayah Guci. Dusun ini berada di pinggiran sungai, tepat di perbatasan Kecamatan Glumpang Tiga Pidie dengan Kecamatan Bandar Baru, Pidie Jaya.

Harapan tersebut juga disampaikan Geusyik Desa Sukon Baroh, Muhammad Usman dan Sekretaris Desa ini, Muhammad Gade. Guci raksasa yang menjadi cikal bakal nama Dayah Guci--dayah tradisional di desa itu, kata Muhammad Gade, hingga saat ini sering dikunjungi ramai warga dari berbagai daerah.

“Pengunjung bukan hanya sekadar melihat guci berukuran besar yang tergolong langka ini, mereka juga menikmati air guci tersebut yang diyakini berkhasiat untuk kesehatan. Rata-rata pengunjung dari berbagai pelosok di Aceh membawa pulang air guci ini untuk diminum,” kata Muhammad Usman.

Tokoh masyarakat Desa Sukon Baroh, Ibrahim,81 tahun, menyebutkan, guci besar itu dibawa Tgk Muhammad Amin yang lebih dikenal sebagai Tgk Syiek Beuriweuh dari Beuriweuh, Meureudu, sekira tahun 1810. Sesuai keterangan saksi sejarah, kata Ibrahim, Tgk Syiek Beuriweuh, ulama berdarah arab, datang untuk mengembangkan ilmu agama Islam pada masa itu.

Tak lama berselang, Ibrahim melanjutkan, Tgk Syiek Beuriweuh mendirikan dayah tradisional yang dipimpinnya selama lebih kurang 30 tahun atau sampai ia wafat dan dimakamkan di desa tersebut.

“Makanya dayah tradisional ini dinamakan Asjadi Tgk Syiek Beuriweuh Dayah Guci,” kata Ibrahim.


.I. Pangeran