Beranda » Catatan Kecil Tentang Presiden Jefferson

Catatan Kecil Tentang Presiden Jefferson



Siapa yang tidak mengenal mantan presiden Amerika Serikat ini? Seseorang yang menjadi presiden ketiga negara adidaya ini, adalah juga perumus Declaration of Independent. Thomas Jefferson memulai karir politiknya sebagai legislator negara bagian Virginia tahun 1769.

Pada tanggal 4 maret 1801, Jefferson yang pernah menjadi sekretaris negara dilantik sebagai Presiden. Kebijakan reformasi yang dilakukannya mampu mempertahankan kepercayaan rakyat, hingga Ia dipilih kembali sebagai presiden pada tahun 1804. Duduk di kursi kepresidenan selama dua kali telah membuat Jefferson tidak ingin mengulanginya kembali. Ia menolak untuk dipilih kembali untuk ketiga kalinya, meski ia sangat mungkin untuk melakukannya.

Selama pemerintahannya, Jefferson melakukan desentralisasi yang berarti membongkar kembali pemerintahan federal, angkatan bersenjata dan angkatan laut. Ia memiliki prestasi yang cukup mengesankan sebagai administrator selama menjadi kepala negara.

Pada upacara pelantikan presiden baru yang menggantikannya, James Madison, Thoman Jefferson nampak berbahagia karena ia merasa telah bebas dari apa yang disebutnya sebagai “borgol kekuasaan”. Meskipun kebanyakan orang menganggap menjadi seorang presiden adalah seperti mendapat kalungan emas, namun bagi Jefferson, menjadi presiden adalah beban yang berat di pundaknya. Tentunya, tak banyak pemimpin pada saat ini yang mengatakan hal semacam ini lagi. Karena, pastinya, menduduki kursi tertinggi sama dengan memiliki kekuasaan yang besar. Dan, siapa yang tidak menginginkannya?

Meskipun begitu, bukan berarti Jefferson tidak lepas dari dosa. Nyatanya, ia pun menyadari bahwa ia bukan di luar dosa. Kebiasaan hidupnya yang boros dan mewah membuatnya terlilit hutang besar setelah turun dari kursi presiden. Tapi, tentu saja itu bukan tanpa alasan. Jefferson yang senang menjamu tamu, selalu menggunakan uangnya sendiri, tanpa korup.

Lalu, apakah dengan begitu, Jefferson bisa dijadikan contoh pemimpin negara? Tentunya, di luar kegemarannya dengan para wanita.

Evi Ratna