Beranda » Besar-Kecil, Tetap Syirik!

Besar-Kecil, Tetap Syirik!



Melanjutkan pembahasan sebelumnya, setelah kita mengetahui bahaya dan kerugian yang ditimbulkan syirik, di sini kita akan membahas tentang pembagian syirik. Syirik terbagi menjadi dua: syirik akbar (besar) dan syirik ashghar (kecil).

1. SYIRIK AKBAR

Contoh dari syirik akbar seperti:

1. Beribadah kepada Allah عز وجل melalui perantara, apakah itu nabi, malaikat, seorang wali, orang saleh, atau kuburan dan selain itu semua yang dianggap lebih mendekatkan mereka kepada Allah dan lebih “memudahkan” untuk diterimanya suatu ibadah.

Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak beribadah kepada mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya“. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat kufur. “ (Az-Zumar :3)

2. Berdoa kepada selain Allah, apakah itu nabi, malaikat, wali dan selain mereka.

“Dan barangsiapa berdoa kepada tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung. “ ( Al Mu’minun: 117)

3. Meminta pertolongan kepada kepada orang yang sudah meninggal, sama saja apakah ia seorang nabi, wali atau orang saleh atau selain mereka yang dianggap memiliki “kesaktian” dan “karomah”, atau kepada orang yang masih hidup akan tetapi dalam perkara yang tidak bisa disanggupi kecuali oleh Allah semata, seperti meminta kepada seseorang yang masih hidup agar menurunkan hujan atau menghentikannya atau mencegahnya, meminta kepada seseorang agar mengabarkan isi hati seseorang dan masih banyak lagi contohnya.

Hanya kepada Engkaulah kami beribadah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. “ (Al Fatihah: 5)

Rasulullah صلى الله عليه وسلم berkata kepada Ibnu ‘Abbas رضي الله عنهما , “Jika kamu meminta, maka mintalah kepada Allah. Dan apabila kamu meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah. “ (HR. Tirmidzi)

4. Menyembelih sesuatu untuk selain Allah apakah itu jin, penghuni kubur dan “makhluk halus” lainnya “Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, nusukku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. “ (Al An’am :162)

Para ahli tafsir menjelaskan bahwa nusuk di atas artinya ibadah atau sembelihan.

Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu; dan berkurbanlah. “ (Al Kautsar: 2)

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, “Allah melaknat orang yang menyembelih sesuatu untuk selain Allah. “ (HR.Muslim dari Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه )

Dan masih banyak lagi macam-macam syirik akbar yang dapat kita sebutkan.

Lantas apa konsekuensi dari syirik ini? Konsekuensinya: mengeluarkan si pelaku dari islam dan apabila ia meninggal dalam keadaan belum bertaubat darinya , maka tidak boleh dikuburkan di pekuburan muslimin dan tempatnya di akhirat nanti adalah neraka kekal selama-lamanya. Ada lagi beberapa konsekuensi dari syirik akbar ini dan itu sudah disebutkan dalam pembahasan sebelum ini. (lihat: Siapa Yang Tak Kenal Syirik, Maka..)

2.SYIRIK ASHGHAR

Contoh dari syirik ashghar:

1. Riya’ dan Sum’ah.

Riya’ artinya beramal karena ingin dilihat oleh makhluk. Sedangkan sum’ah artinya beramal karena ingin didengar makhluk. Kedua-duanya termasuk syirik.

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabbnya”. (Al Kahfi :110)

Dalam hadits qudsi Allah berfirman: “Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Siapa yang melakukan suatu amalan yang di dalamnya ia sekutukan Aku dengan selain-Ku , niscaya Ku tinggalkan dia bersama sekutunya. “ (HR. Muslim dari Abu Hurairah رضي الله عنه )

2. Mengucapkan suatu kalimat yang mengandung penyetaraan makhluk dengan Allah, seperti: “Seandainya bukan karena Allah DAN kamu. “ “Atas kehendak Allah DAN kehendakmu. “ dan yang semisal itu. Mengapa kalimat-kalimat itu bisa dikatakan penyetaraan makhluk dengan Allah? Karena di situ Allah digandengkan dengan makhluknya dengan kata DAN, sedangkan kata DAN mengandung makna penyetaraan antara dua kata yang digandengkan olehnya.

Imam An-Nasai menyebutkan dalam Sunannya dari Ibnu ‘Abbas رضي الله عنهما bahwa ada seseorang yang datang kepada nabi صلى الله عليه وسلم kemudian ia berkata, “ Atas kehendak Allah DAN kehendakmu, maka Nabi pun menegurnya, ” Apakah engkau ingin menjadikan aku TANDINGAN bagi Allah? Akan tetapi yang benar adalah atas kehendak Allah saja. “

Ibnu ‘Abbas ketika menerangkan firman-Nya, “Maka janganlah kalian jadikan tandingan-tandingan (sekutu) bagi Allah sedangkan kalian mengetahui. “ (Al-Baqarah: 22), beliau menyebutkan contoh menjadikan tandingan di sini, yaitu seperti ucapan seseorang kepada temannya: “Atas kehendak Allah DAN kehendakmu. “ dan ucapan seseorang: “Seandainya bukan karena Allah DAN bukan karena fulan. “ Beliau berkata, “Jangan sebut fulan (berdampingan dengan Allah) di situ, (karena) seluruh ucapan tadi adalah syirik. “ (Tafsir Ibnu Katsir)

3. Tathayyur /thiyarah.

Tathayyur, thiyarah, apa pula itu?

Thiyarah/Tathayyur secara bahasa berasal dari kata toir (burung), karena orang Arab jahiliyyah dulu pesimis dan optimis karena sebab burung. Ketika mereka akan bepergian, mereka melepaskan burung dahulu, kalau burung itu, terbang arah kanan, mereka pun optimis dan jadi berangkat. Akan tetapi kalau burung itu terbang ke arah kiri mereka pun pesimis dan membatalkan kepergian mereka, karena meyakini akan datangnya kesialan.

Adapun secara istilah Tathayyur adalah sikap pesimis terhadap sesuatu yang didengar atau dilihat atau diketahui. Seperti yang diyakini orang Arab dulu ketika mendengar suara burung hantu, mereka meyakini kalau itu pertanda akan ada orang yang akan mati dan begitu juga keyakinan mereka bahwa bulan Shaffar adalah bulan sial dan masih banyak lagi contoh thiyarah yang beredar di antara mereka.

Adapun zaman sekarang? Sangat, sangat banyak pula. Contohnya keyakinan tentang angka sial, hari sial, keyakinan tentang hewan atau tumbuhan tertentu yang membawa hoki dan sebagainya, sangat banyak. Itu semua syirik. Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, “Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik. “ (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud رضي الله عنه )

Dan masih banyak lagi contoh-contoh syirik ashghar yang bisa kita sebutkan.

Lantas apa konsekuensi dari syirik ashghar ini? Apakah ada perbedaan dengan syirik akbar? Ya, ada.

1. Syirik akbar itu mengeluarkan pelakunya dari islam, sedangkan syirik ashghar itu tidak

2. Syirik akbar itu menggugurkan seluruh amalan si pelaku, sedangkan syirik ashghar itu menggugurkan amalan yang terkait dengan syiriknya itu saja. Contohnya seseorang riya’ dalam shalat, maka shalatnya saja yang gugur pahalanya, sedangkan ibadah lain tetap tidak gugur. Sedangkan orang yang menyembelih atau sedekah untuk jin, maka yang gugur adalah seluruh amalan yang telah dilakukan, bukan hanya sedekahnya saja.

3. Pelaku syirik akbar mendapatkan konsekuensi seperti yang diterima orang murtad, seperti larangan masuk masjidil haram, tidak boleh dishalati dan dikuburkan di pekuburan muslimin dan lain-lain (lihat pembahasan sebelum ini: Siapa Yang Tak Kenal Syirik, Maka..), sedangkan pelaku syirik ashghar tidak mendapatkan konsekuensi seperti itu, karena ia masih muslim.

Oh, kalau begitu syirik ashghar itu lebih ringan ya? Iya, betul. Syirik ashghar memang lebih ringan dari syirik akbar, namanya saja ashghar (kecil). Akan tetapi seringan-ringannya ini, tetaplah syirik! Walaupun “ringan”, tapi dosanya lebih besar dari dosa membunuh orang tua, lebih besar dibandingkan dosa berzina dengan anak kandung sendiri, lebih besar dibandingkan merampok, korupsi milyaran dolar atau lebih dari itu dan lebih besar lagi dari dosa-dosa besar lainnya. Kalau begitu, “besar-kecil” tetap syirik, dosa paling besar diantara dosa-dosa besar! Lantas, apakah kita tetap “nekat” mengerjakannya?

Jakarta, 18 Syawwal 1431/27 September 2010

Maraji’:

1. Al-Quranulkarim

2. Tafsir Ibnu Katsir

3. Riyadhushshalihin

4. Dan lain-lain


Comment