Beranda » Bercermin pada Ulama-Ulama Akhirat

Bercermin pada Ulama-Ulama Akhirat



Allah Swt. telah mengaruniakan kepada kita agama yang lurus dan benar. Tidak ada agama yang diridhai-Nya kecuali Islam. Mereka yang memeluknya akan diberikan-Nya surga dan keselamatan dunia dan akhirat. Agama inilah yang cahayanya terang benderang, memberikan manfaat kepada seluruh manusia. Agama inilah yang membimbing manusia menjadi manusia seutuhnya.

Ketika agama Kristen lebih condong pada aspek spiritual dan agama Yahudi dominan pada aspek hukum, maka Islam adalah agama yang mengharmonikan kedua aspek tersebut. Allah mengajarkan kita shalat lima waktu, doa, dzikir, puasa, zakat, dan sebagainya. Di sisi lain, Allah mengajarkan kita hukum-hukum. Allah menunjukkan kita jalan untuk tampil bersih lahir-batin. Kesucian batin itu memang perlu, tapi jangan lupa kebersihan raga ini.

Islam memberikan falsafah, aturan dan perundang-undangan dalam kehidupan kita. Islam mengenal syariah, fikih, tafsir, hadits, ushul fikih, dan sebagainya. Sementara agama lain tidak memilikinya. Sehingga ketika dibenturkan pada masalah-masalah duniawi, mereka mengaturnya berdasarkan apa yang mereka kira saja. Ketika mereka ingin mendirikan negara dengan syariat agama mereka. Itu lucu, karena syariat agama mereka sudah bercampur baur dengan penafsiran mereka sendiri. Mereka menambah-nambahi dan menguranginya. Mengapa mereka makan babi sementara daging babi diharamkan dalam kitab suci mereka? Mengapa mereka beribadah pada hari minggu? Bukankah syariat mereka mengajarkan bahwa beribadah itu pada hari sabtu? Apakah mereka memiliki fikih tentang nikah? Tidak ada. Bahkan ketika seorang pendeta memperkenalkan istilah jihad kristen. Sudah dipastikan istilah itu tidak ada dalam agama mereka. Istilah itu hanya bualannya saja. Sedangkan bagi penganut agama Yahudi, karena kering dari nilai-nilai spiritual, mereka kerap bertindak barbar, penipu, suka mengadu domba, cerdas tapi culas. Entah sudah berapa banyak muslim yang telah mereka bunuh. Dan entah sudah berapa banyak orang yang termakan fitnah dan hasutan mereka.

Adalah banyak sekali kesaksian yang telah dikatakan oleh para pendeta dan sejarawan ternama tentang keadilan Islam di masa berkuasa. Ini adalah kesaksian yang objektif karena mereka berada di luar Islam dan mereka merasakan sendiri kelembutan Islam. Namun ketika Islam tak lagi berkuasa, orang-orang kafir malah membantai umat Islam. Ketika Spanyol berhasil direbut oleh orang-orang kafir, mereka memberi umat Islam tiga opsi; murtad, keluar dari Spanyol, atau disiksa (dibunuh). Sebagian dari muslim terpaksa hijrah ke negeri lain, yang lain murtad, ada yang berpura-pura murtad, dan yang lain lagi rela disiksa. Begitupun yang terjadi di Bosnia, Mindanao, Pattani, dan beberapa negara (wilayah) lainnya. Benarlah apa yang dikatakan seorang ulama; ketika muslim berkuasa, orang-orang kafir tidak dizalimi. Namun ketika orang-orang yang kafir berkuasa, kaum muslimin bersimbah darah.

Mereka mengatakan bahwa agama mereka adalah agama kasih dan cinta damai. Itu hanya slogan. Sebenarnya tidak ada. Mereka tidak memiliki contoh teladan untuk melakukan sebuah kebajikan yang tulus ikhlas. Karena pemimpin-pemimpin agama mereka sudah tercoreng oleh perilaku buruk mereka sendiri. Sudah bukan rahasia umum lagi jika banyak pimpinan agama mereka berperilaku seksual menyimpang. Mereka dilarang untuk menikah. Ya, siapa yang tidak tahan? Padahal menikah itu fitrah manusia. Ketika fitrah itu ditekan, otomatis ia akan melawan dan melakukan perbuatan yang diluar keyakinannya.

Orang-orang kafir berbicara bahwa Nabi Muhammad Saw. itu sangat senang menikah. Padahal di dalam kitab suci mereka disebutkan bahwa para Nabi banyak yang memiliki istri lebih dari satu. Bahkan sampai ratusan. Sepertinya mereka menutup-nutupi kenyataan itu atau mereka tidak tahu kitab suci agama mereka sendiri. Lantas, jika Nabi menikah dengan lebih dari seorang istri, apakah itu suatu perbuatan tercela? Apakah perbuatan para pendeta mereka yang banyak yang berperilaku menyimpang bukan dikategorikan tercela? Bukankah apa yang mereka katakan itu tidak sesuai dengan kenyataan? Itulah mengapa Allah menegur orang-orang Bani Israel karena mereka mengatakan apa yang sesungguhnya tidak mereka kerjakan.

Kita bersyukur telah ditakdirkan dan dilahirkan dalam keadaan muslim. Banyak orang diluar sana masih tersesat, bahkan ada di antara mereka yang murtad dari agama haq ini. Saya melihat, orang-orang yang masuk ke dalam agama mereka adalah orang-orang bodoh dan miskin, yaitu orang-orang yang mudah terpangaruh dengan iming-iming materi dan kata-kata manipulasi. Sedangkan orang-orang yang masuk Islam, saya melihat sebagian besar dari mereka adalah para cendikiawan, ilmuwan, negarawan, dan orang-orang yang mencari kebenaran dengan penuh kejujuran. Saya telah menulis sebuah buku kecil yang berjudul “Mualaf Menggoncang Dunia.” Buku itu memuat biografi singkat 18 mualaf internasional.

Ketika pemimpin agama kafir memperkenalkan agamanya kepada orang lain dengan iming-iming materi dan kebodohan, sementara ulama-ulama kita berdakwah dengan keteladanan, ilmu, dan kebenaran. Para ulama kita bukanlah orang yang sempurna sebagaimana orang-orang kafir memandang pemimpin agama mereka. Para ulama kita tidak luput dari kesalahan. Namun jika mereka diingatkan, mereka menangis dan bertaubat. Mereka mengajak manusia dengan hati dan amal mereka, sehingga membuat orang-orang yang diajaknya mengikuti jejaknya, dan membelanya walaupun jiwa dan harta mereka taruhannya. Ketika orang-orang kafir bersenjatakan teknologi mutakhir, umat Islam berani memanggul senjata ala kadarnya. Mereka termotivasi oleh seruan jihad ulamanya. Mereka merasa terbakar dan hati mereka terlecut oleh seruan jihad ulamanya. Tidak ada uang, tidak ada materi untuk mendorong mereka melakukan jihad itu. Jika saja para ulama sudah dipandang buruk karena perbuatan buruk ulama itu sendiri, maka mereka tidak mungkin mau menyambut seruan itu. Para ulama kita, dari dulu hingga sekarang, adalah teladan kesederhanaan, ketaatan, keilmuan, keberanian, dan kesabaran.

Jumlah ulama kita sangatlah banyak, baik yang kita kenal maupun yang tidak kita kenal, dan tidak bisa disebut satu persatu, sekalipun dalam sebuah buku tebal. Beberapa di antaranya akan saya sebutkan secara singkat disini.

Abdullah bin Mubarak

Beliau adalah ulama terkemuka di zamannya. Selain sebagai ahli fikih, beliau juga dikenal ahli ibadah. Beliau adalah seorang pengusaha yang sukses, namun sebagian besar dari keuntungannya beliau sedekahkan dan infakkan di jalan Allah. Pernah suatu ketika beliau tengah melakukan perjalanan ibadah haji. Namun ditengah jalan beliau melihat seorang nenek tua sedang mengais-ngais sampah mencari makanan. Beliau tidak jadi berangkat pergi haji, uangnya beliau serahkan kepada nenek tersebut.

Tentang ketaatannya kepada Allah, pernah suatu ketika beliau berkunjung ke rumah seorang sahabatnya di malam hari. Api penerang tiba-tiba padam tertiup angin, rumah dalam keadaan gelap gulita. Saat api tersebut berhasil dinyalahkan, si empunya rumah melihat Abdullah bin Mubarak sedang menangis sesegukan. Dia bertanya kepadanya apa yang telah terjadi. Abdullah bin Mubarak menjawab, “Saat lampu padam dan keadaan gelap gulita, saya merasakan suasana saat itu seperti berada di dalam kubur.”

Abu Hanifah

Beliau adalah salah satu imam madzhab yang empat. Kefakihannya sudah tidak diragukan lagi. Kecerdasannya sudah terlihat sejak beliau masih kecil. Beliau adalah seorang pengusaha yang sukses. Beliau sering terlihat memakai pakaian yang bagus. Namun beliau adalah orang yang zuhud dan paling dermawan. Dalam berdagang, beliau akan mengatakan dengan sejujurnya jika beberapa barangnya ada yang cacat. Ketekunannya dalam beribadah sudah menjadi rahasia umum. Beliau sangat rajin shalat malam. Jika malam tiba, beliau ibarat batang pohon yang lama tegak. Beliau menghabiskan malamnya hingga subuh dengan shalat malam. Ketika seseorang melihatnya sedang beribadah seperti itu, beliau menyuruh orang itu merahasiakannya.

Beliau menolak pangkat dan jabatan. Dulu, penguasa Bani Umayyah menawarkan kedudukan sebagai qadhi (hakim). Karena menolak, lalu beliau dijebloskan ke dalam penjara dan disiksa. Setiap hari ia dipukuli dengan cambuk hingga kepalanya membengkak. Namun beliau tetap menolak jabatan yang ditawarkan kepadanya. Ia berpendapat, memikul tanggung jawab dalam suasana kezaliman dan kesewenang-wenangan yang merajalela sama artinya dengan turut serta berbuat zalim dan mengakui kesewenang-wenangan sebagai perbuatan benar.

Selama di dalam penjara, setiap kali teringat kepada ibunya yang malang dan selalu bersedih, ia menangis. Ketika salah seorang rekannya di dalam penjara bertanya mengapa ia menangis, padahal ia ahli fikih yang terhormat dan keras membela pendapatnya, beliau menjawab sambil berlinangan airmata, “Demi Allah, saya menangis bukan karena sakit dipukuli cambuk, melainkan karena saya teringat akan ibu saya. Sungguh, tetesan air matanya membuat saya sangat sedih!”

Ali Zainal Abidin

Beliau adalah anak dari Husein cucu Rasulullah. Beliau dikenal sebagai ahli ibadah sehingga dijuluki Zainal Abidin “pemuka ahli ibadah”. Sehari semalam beliau melaksanakan shalat sunah 300 rakaat. Beliau juga dijuluki as-Sajad “orang yang banyak bersujud”. Selain itu, beliau juga dikenal sebagai salah satu di antara sembilan ulama paling terkemuka di Madinah. Beliau menjadi rujukan dalam ilmu hadits, akhlak, tasawuf, al-Quran, dan fikih. Hampir semua ilmu yang ada pada saat itu beliau kuasai. Beliau adalah telaga hikmah yang senantiasa mengeluarkan mata air. Orang-orang yang bersamanya membelanya, merenungi apa yang disampaikannya, meneladani sikapnya. Beliau adalah orang yang mudah menangis dan tersentuh hatinya. Saat berdoa, beliau pasti menangis. Jika sujud lama sekali sehingga tercetak di dahinya tanda orang yang suka bersujud. Beliau sering memanggul sedekah seorang diri kemudian membagi-bagikannya secara diam-diam. Ketika beliau wafat, ada bekas hitam dipundaknya karena sering memanggul karung sedekah. Sejak saat itu, orang yang suka membagi-bagikan sedekah sudah tidak ada lagi.

Asy-Syafi’i
Ahli fikih yang tiada duanya. Salah satu dari empat imam madzhab terkemuka. Beliau hafal al-Quran sejak usia 6 tahun dan hafal kitab al-Muwatha karya Imam Malik sejak usia 9 tahun. Beliau lebih memprioritaskan menuntut ilmu ketimbang beribadah. Beliau pernah mengatakan bahwa menuntut ilmu lebih utama dibanding shalat sunah. Walaupun demikian, ibadah beliau sangatlah banyak, sehingga orang-orang awam dan kalangan ahli ilmu sekalipun akan sulit mengejarnya. Suara beliau sangat merdu. Ketika beliau membaca al-Quran, banyak orang menangis mendengarnya. Pada saat bulan Ramadhan, beliau mengkhatamkan al-Quran sebanyak 60 kali.

Ahmad bin Hanbal

Beberapa kalangan mengatakan bahwa beliau lebih ahli hadits ketimbang ahli fikih. Walaupun demikian, jumhur ulama telah menempatkannya sebagai salah satu imam madhzab yang empat. Beliau adalah penulis kitab Musnad yang hebat itu. Beliau juga menulis kitab Zuhd yang mencerminkan kezuhudan beliau. Beliau dikenal wara’ dan sangat hati-hati dalam soal makanan. Makanan yang haram, menurutnya, dapat membuat orang menjadi mudah gelisah dan berperilaku buruk. Sebagai seorang ahli ibadah, beliau biasa shalat sunah 300 rakaat. Dan ketika sedang sakit, beliau mampu mengerjakannya sebanyak 100 rakaat. Karena penolakannya terhadap pemikiran yang menyebutkan “al-Quran itu makhluk”, beliau mendekam di dalam penjara, mendapat siksaan, kepalanya ketika sujud diinjak-injak, di seret-seret dimuka umum, dan perbuatan sadis lainnya. Salah seorang muridnya yang bersamanya di dalam penjara, Muhammad bin Nuh, syahid karena begitu sadisnya siksaan itu.

Ibnu Taimiyah

Beliau digelari “Syaikhul Islam” oleh para ulama karena kepakaran beliau di bidang ilmu agama dan penyeru kebenaran serta pencegah kemungkaran. Sikap beliau yang tegas tanpa kompromi membuat beberapa orang memusuhinya, termasuk para ulama dan penguasa saat itu. Dengan restu para ulama tersebut, sang penguasa akhirnya menjebloskannya ke dalam penjara. Di dalam penjara beliau habiskan waktunya dengan beribadah, berdakwah, dan menulis. Beliau dipenjara cukup lama hingga menjelang wafatnya.

Beliau juga menjadi mujahid di medan tempur menghadapi pasukan mongol. Ketika pasukan mongol menawan orang-orang ahlul kitab (Nasrani dan Yahudi), beliau tampil ke depan untuk membebaskan mereka. Beliau berkata dengan tegas agar raja mongol membebaskan mereka. Bukannya marah, raja mongol saat itu malah terkagum-kagum dengan keberanian beliau.

Beliau dikenal ahli ibadah, setiap pagi seusai subuh, beliau biasa duduk dalam waktu yang lama, berdoa dan berdzikir. Rajin membaca al-Quran dan merenungkan ayat-ayatnya. Jika ada masalah yang membuat hatinya tidak menentu, beliau membaca istigfar sebanyak 1000 kali. Dan jika ada ilmu yang belum beliau pahami, beliau sering berdoa, “Wahai zat yang mengajari Ibrahim, ajarilah aku.”

Beliau memiliki karya tulis hingga mencapai ribuan. Beliau biasa menulis enam belas halaman kitab kuning setiap hari. Karya tulis beliau mencakup banyak ilmu pengetahuan yang berkembang saat itu. Beliau sangat paham ilmu logika, filsafat, dan sastra. Sehingga beliau dikenal ahli dibidang tersebut. Kadang beliau menulis satu kitab dalam waktu sehari. Jika sudah menulis, beliau susah berhenti. Tulisannya mengalir, jernih, dan banyak mengandung manfaat.

Ibnul Qayyim al-Jauziyah

Beliau adalah murid Ibnu Taimiyah. Beliau mencintai gurunya, membelanya, dan setia bersamanya. Saat sang guru dipenjara, beliau bersamanya. Di penjara, beliau bermujahadah, banyak mendekatkan diri kepada Allah. Karya-karya beliau sangat jernih mengalir. Bahkan seorang ulama mengatakan, dari segi bahasa, karya-karya Ibnul Qayyim lebih istimewa ketimbang karya gurunya, Ibnu Taimiyah. Karya beliau seperti Madarijus Salikin menjadi rujukan para sufi, I’lamul Muwaqqin menjadi rujukan para hakim, Za’adul Ma’ad menjadi rujukan para fukaha, Thibbun Nabawi menjadi rujukan para dokter. Beliau memiliki perpustakaan yang berisi buku-buku yang bermutu. Anggapannya, buku-buku itu adalah makanan bagi jiwa. Buku-buku itu harta karun yang tak ternilai harganya. Beliau sangat asyik membaca dan mengkajinya. Sehingga beliau sangat pakar di banyak bidang terutama tafsir, hadits, fikih, sastra, ushul fikih, dan tasawuf.

Demikianlah sedikit kisah hidup dari ulama kita. Mereka adalah orang yang berusaha memperbaiki dirinya, menjaga kesucian hatinya, mengharapkan keridhaan Allah. Mereka mengatakan apa yang mereka perbuat. Diam mereka adalah berpikir, apa yang mereka katakan adalah kebenaran, akhlak mereka ibarat sinar matahari. Mereka adalah ahli ilmu dan juga ahli ibadah, mujahidin di medan tempur, penulis buku-buku bermutu, ahli pidato yang handal. Mereka adalah mata air kecemerlangan Islam. Dengan keberadaan mereka, semakin bersinarlah Islam, semakin tersiarlah kebenaran, semakin yakinlah para pengikutnya.

Jika engkau berpaling pada orang-orang zalim, engkau bercermin pada air yang keruh. Jika engkau berpaling pada orang-orang shalih, engkau bercermin pada air yang bening. Rasulullah Saw. bersabda, “Hendaknya kalian duduk bersama ulama dan mendengarkan perkataan hukama (orang bijak), karena sesungguhnya Allah ta’ala menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah sebagaimana menghidupkan bumi yang mati dengan air hujan.”

Chandra Kurniawan