Beranda » Apakah Zionis Israel Tidak Memiliki Peran Dalam Konflik Libya

Apakah Zionis Israel Tidak Memiliki Peran Dalam Konflik Libya



apakah Zionis Yahudi (Israel) tidak memiliki peran apa-apa dalam permasalahan Libya? Karena dalam pemberitaan yang berkembang, media-media Barat kadung menyoroti peran Amerika Serikat beserta NATO dalam arus konflik di negara kaya minyak tersebut. Padahal kalau kita teliti secara mendalam, kontribusi Israel dalam konflik di Libya cukup tinggi.

Bukti nyata itu sudah jauh-jauh hari dilakukan oleh Zionis Yahudi untuk melobi Amerika melakukan penyerangan dan mendukung para pemberontak Libya. Salah satunya, dimainkan oleh senator AS, Joseph Lieberman, seorang aktor lobi Yahudi, yang menulis sebuah resolusi agar Amerika Serikat mengakui dewan pemberontak Libya sebagai pemerintah yang sah seperti yang telah Perancis lakukan.

Israel adalah Negara yang sangat bekepentingan terhadap isu Libya. Dalam skenario-nya, Israel memang berupaya menjadikan Libya sebagai basis pertahanan Zionis untuk memuluskan rencana mereka menguasai basis Geopolitik Timur Tengah. Dengan menguasai Libya, Mesir, Tunisia, Al Jazair, Somalia, dan Sudan, berarti Israel akan mengukuhkan jalur kekuatan ekonomi zionis di bagian Afrika.

Israel juga menyokong kedua fihak yang tengah berseteru di Libya, baik pasukan koalisi maupun basis kelompok pro Gaddafi. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, misalnya, bersama Menteri Pertahanan Ehud Barak serta Menteri Luar Negeri Avigdor Lieberman, mereka pernah mengadakan pertemuan tripartit pada 18 Februari dan menghasilkan keputusan merekrut tentara bayaran Afrika untuk bersama-sama pasukan pro-Gaddafi melawan para demonstran Libya.

Maka tak heran, juru bicara oposisi Libya, Ahmad Shabani adalah orang yang tergolong dekat dengan Israel. Kepada Koran Hareetz Israel, (2/8/11), ia pernah meminta Israel untuk turun tangan menengahi kondisi yang berkecamuk di Libya. “Kami meminta Israel menggunakan pengaruhnya di masyarakat internasional untuk mengakhiri rezim tirani Gaddafi dan keluarganya,” katanya.

Sebaliknya bukti keterlibatan Israel di tubuh pasukan pro Gaddafi juga bukan isapan jempol semata. Pasukan oposisi Libya di Misratah pernah menunjukkan fakta yang mengejutkan. Mereka menemukan senjata yang berhasil disita dari pendukung Gaddafi yang jelas-jelas menunjukkan produksi buatan Israel.

Kabar mengenai hubungan pemerintahan Gaddafi dengan zionis Israel memang sudah lama beredar. Pada tahun 2007, misalnya, rezim Gaddafi pernah menawarkan sejumlah besar uang untuk pembentukan sebuah “partai politik Libya” yang akan maju dalam pemilu Knesset Israel pada tahun 2009 lalu. Gaddafi sendiri disinyalir masih memiliki darah keturunan Yahudi.

Lantas pertanyaannya adalah mengapa Israel seakan-akan berdiri dalam dua arus pusara konflik antara milisi Pro Gaddafi dengan kaum oposisi? Dalam analisa saya, minimal ada dua kepentingan dibalik itu semua. Pertama, Israel pada dasarnya bukan pada posisi untuk bermaksud mendukung rezim Gaddafi, namun semata-mata bertujuan untuk mengadu domba antara sesama muslim di Libya.

Analisa kedua adalah Israel tahu betul sebuah kekuatan milisi muslim lainnya akan sangat berpotensi memimpin Libya setelah Gaddafi tumbang. Bayangkan Libya adalah negara Timur Tengah yang berpotensi menyiptakan basis-basis mujahidin untuk melawan hegemoni Israel.

Darna, misalnya, adalah kota di Libya timur yang merupakan basis Islamis terkuat yang pada tahun 90-an pernah melancarkan kudeta yang gagal atas pemerintahan Gaddafi. Dari kota inilah sebagian besar mujahidin Libya yang berada di medan jihad di seluruh dunia berasal. Hingga Almarhum Abu Musab Zarqawy pernah mengatakan ingin mengunjungi Darna karena hanya dari kota inilah lahir ratusan jihadi di Irak.

Maka itu bagaimanapun Israel harus bisa memastikan, oposisi yang nanti naik tidak memiliki ideologi dakwah-jihadi untuk menggantikan seluruh tata nilai di Libya dengan sistem Islam. Karenanya, tak heran Israel akan terus mendekati pasukan oposisi untuk tunduk.

Bahkan Juni lalu, penulis Prancis yang dekat dengan Zionis, Bernard-Henry Levi kepada NTC di Benghazi, sudah meyakinkan pihak oposisi anti-Gaddafi (NTC) untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Israel demi memastikan keberlangsungan dukungan NATO. Ia secara teang benderang menyatakan bahwa jika menang atas pasukan Gaddafi, pihak oposisi akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Allahua'lam.

(Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi)